Ulang Tahun Asalnya Adalah Pengagungan Terhadap Dewi Artemis
Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan kebelakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan “ Hari Ulang Tahun “.
Namun sebenernya dari mana asal perayaan ulang tahun itu sendiri muncul, hingga tidak sedikit ummat muslim merayakannya, pertanyaan ini yang mungkin sebelumnya tidak pernah terfikirkan, mari kita telusuri sekilas .
Pesta ulang tahun adalah simbol pengusiran roh jahat di Eropa
Ulang tahun atau Milad (dalam bahasa arab) pertama kali dimulai di Eropa. Dimulai dengan ketakutan akan adanya roh jahat yang akan datang pada saat seseorang berulang tahun, untuk menjaganya dari hal-hal yang jahat, teman-teman dan keluarga diundang datang saat sesorang berulang tahun untuk memberikan do’a serta pengharapan yang baik bagi yang berulang tahun. Memberikan kado juga dipercaya dapat memberikan rasa gembira bagi orang yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat tersebut.
Penggunaan kue simbol tradisi persembahan dari Yunani kuno
Artemis Diana salah satu cerita mengatakan, karena waktu dulu bangsa Yunani menggunakan kue untuk persembahan ke kuil DEWI BULAN, Artemis. Mereka menggunakan kue berbentuk bulat yang merepresentasikan bulan purnama. Cerita lainnya tentang kue ulang tahun yang bermula di Jerman yang disebut sebagai “Geburtstagorten” adalah salah satu tipe kue ulang tahun yang biasa digunakan saat ulang tahun. Kue ini adalah kue dengan beberapa layer yang rasanya lebih manis dari kue berbahan roti.
Simbol lilin tradisi pada Yunani kuno dan adopsi Jerman
Simbol lain yang selalu menyertai kue ulang tahun adalah penggunaan lilin ulang tahun di atas kue. Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka ke Dewi Artemis juga meletakan lilin-lilin di atasnya karena membuat kue tersebut terlihat terang menyala sepeti bulan (gibbons, 1986). Orang Jerman terkenal sebagai orang yang ahli membuat lilin dan juga mulai membuat lilin-lilin kecil untuk kue mereka. Beberapa orang mengatakan bahwa lilin diletakan dengan alasan keagamaan/religi. Beberapa orang jerman meletakan lilin besar di tengah-tengah kue mereka untuk menandakan “Terangnya Kehidupan” (Corwin,1986). Yang lainnya percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka ke surga.
Saat ini banyak orang hanya mengucapkan pengharapan di dalam hati sambil meniup lilin. Mereka percaya bahwa meniup semua lilin yang ada dalam satu hembusan akan membawa nasib baik. Pesta ulang tahun biasanya diadakan supaya orang yang berulang tahun dapat meniup lilinnya.
Ada juga mitos yang mengatakan bahwa ketika kita memakan kata-kata yang ada di atas kue, kata-kata tersebut akan menjadi kenyataan. Jadi dengan memakan “Happy Birthday” akan membawa kebahagiaan.
Tradisi mengirimkan kartu ucapan itu sendiri dimulai di Inggris sekitar 100 tahun yang lalu (Motomora, 1989). Pada awal mulanya hanya raja saja yang dirayakan ulang tahunnya (mungkin disinilah awal mulanya tradisi topi ulang tahun bermula). Seiring waktu berlalu, anak-anak juga di ikutsertakan dalam pesta ulang tahun. Pesta ulang tahun untuk anak-anak pertama kali terjadi di Jerman dan dinamakan “kinderfeste”.
Kesimpulan simbol fakta diatas adalah:
Dapat disimpulkan bahwa melalui sejarahnya perayaan ulang tahun ini adalah ritual kaum kuffar (paganism) terhadap DEWI BULAN (Artemis), namun ironis sekali ada sebagian bahkan kalangan umum ummat islam menjadikan hari ini (ulang tahun) sebagai ritual wajib tiap tahunnya.
SIAPAKAH DEWI ARTEMIS ?
Hukum Merayakan Ulang Tahun Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Namun sebenernya dari mana asal perayaan ulang tahun itu sendiri muncul, hingga tidak sedikit ummat muslim merayakannya, pertanyaan ini yang mungkin sebelumnya tidak pernah terfikirkan, mari kita telusuri sekilas .
Artemis - Yunani Kuno |
Ulang tahun atau Milad (dalam bahasa arab) pertama kali dimulai di Eropa. Dimulai dengan ketakutan akan adanya roh jahat yang akan datang pada saat seseorang berulang tahun, untuk menjaganya dari hal-hal yang jahat, teman-teman dan keluarga diundang datang saat sesorang berulang tahun untuk memberikan do’a serta pengharapan yang baik bagi yang berulang tahun. Memberikan kado juga dipercaya dapat memberikan rasa gembira bagi orang yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat tersebut.
Penggunaan kue simbol tradisi persembahan dari Yunani kuno
Banyak simbol-simbol yang diasosiasikan atau berhubungan dengan ulang tahun sejak ratusan tahun lalu. Ada sedikit penjelasan mengapa perayaan ulang tahun harus menggunakan kue.
Artemis Diana salah satu cerita mengatakan, karena waktu dulu bangsa Yunani menggunakan kue untuk persembahan ke kuil DEWI BULAN, Artemis. Mereka menggunakan kue berbentuk bulat yang merepresentasikan bulan purnama. Cerita lainnya tentang kue ulang tahun yang bermula di Jerman yang disebut sebagai “Geburtstagorten” adalah salah satu tipe kue ulang tahun yang biasa digunakan saat ulang tahun. Kue ini adalah kue dengan beberapa layer yang rasanya lebih manis dari kue berbahan roti.
Simbol lilin tradisi pada Yunani kuno dan adopsi Jerman
Simbol lain yang selalu menyertai kue ulang tahun adalah penggunaan lilin ulang tahun di atas kue. Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka ke Dewi Artemis juga meletakan lilin-lilin di atasnya karena membuat kue tersebut terlihat terang menyala sepeti bulan (gibbons, 1986). Orang Jerman terkenal sebagai orang yang ahli membuat lilin dan juga mulai membuat lilin-lilin kecil untuk kue mereka. Beberapa orang mengatakan bahwa lilin diletakan dengan alasan keagamaan/religi. Beberapa orang jerman meletakan lilin besar di tengah-tengah kue mereka untuk menandakan “Terangnya Kehidupan” (Corwin,1986). Yang lainnya percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka ke surga.
Saat ini banyak orang hanya mengucapkan pengharapan di dalam hati sambil meniup lilin. Mereka percaya bahwa meniup semua lilin yang ada dalam satu hembusan akan membawa nasib baik. Pesta ulang tahun biasanya diadakan supaya orang yang berulang tahun dapat meniup lilinnya.
Ada juga mitos yang mengatakan bahwa ketika kita memakan kata-kata yang ada di atas kue, kata-kata tersebut akan menjadi kenyataan. Jadi dengan memakan “Happy Birthday” akan membawa kebahagiaan.
Tradisi mengirimkan kartu ucapan itu sendiri dimulai di Inggris sekitar 100 tahun yang lalu (Motomora, 1989). Pada awal mulanya hanya raja saja yang dirayakan ulang tahunnya (mungkin disinilah awal mulanya tradisi topi ulang tahun bermula). Seiring waktu berlalu, anak-anak juga di ikutsertakan dalam pesta ulang tahun. Pesta ulang tahun untuk anak-anak pertama kali terjadi di Jerman dan dinamakan “kinderfeste”.
Kesimpulan simbol fakta diatas adalah:
Dapat disimpulkan bahwa melalui sejarahnya perayaan ulang tahun ini adalah ritual kaum kuffar (paganism) terhadap DEWI BULAN (Artemis), namun ironis sekali ada sebagian bahkan kalangan umum ummat islam menjadikan hari ini (ulang tahun) sebagai ritual wajib tiap tahunnya.
SIAPAKAH DEWI ARTEMIS ?
Artemis (bahasa Yunani: Ἄρτεμις) dalam mitologi Yunani adalah dewi perburuan, alam liar, hewan liar, perawan, dan perbukitan. Dia adalah pembawa dan penghalau penyakit pada perempuan serta merupakan Dewi yang menolong dalam proses kelahiran. Dia merupakan putri dari Zeus dan Leto, serta saudari kembar Apollo. Dia digambarkan sebagai pemburu dan membawa busur dan anak panah. Rusa dan pohon siprus dikeramatkan baginya. Menurut beberapa pendapat, Artemis berasal dari masa pra-Yunani. .
Pada perkembangan selanjutnya, Artemis dihubungkan dengan Selene, dewi bulan Yunani yang sering digambarkan dengan bulan sabit di kepalanya. Pada akhir masa Hellenistik, dia juga dianggap sebagai dewi kelahiran (diadaptasi dari tugas Eileithyia). Dalam mitologi Romawi dia dikenali sebagai Diana, dan dalam mitologi Etruska dia dikaitkan dengan dewi Artume. Selain itu, dia juga dikaitkan dengan dewi Hekate.
Artemis disembah sebagai dewi kelahiran dan kesuburan (seperti dewi Eileithyia) di beberapa tempat. Dia disembah seperti itu karena dia ikut membantu ibunya dalam melahirkan Apollo. Pada masa klasik di Athena, Artemis dihubungkan dengan Hekate. Artemis juga dikaitkan dengan dewi Karyatis.
Artemis adalah dewi utama bagi orang - orang Hyperborea, Arkadia dan juga wanita - wanita Amazon yang dikenal ganas dan gemar serta handal dalam berperang. Di Arkadia, ia dipuja sebagai Soteira (penyelamat) dan Agrotera (pembur) dan merupakan dewi pemimpin Para Nymph yang merupakan pelayan setianya juga penjaga dari segala hal yang ada di alam liar seperti pohon dan sungai. Di Arkadia terdapat sebuah gunung yang diberi nama Artemisios yang dipuncaknya terdapat sebuah kuil untuk memuja Artemis yang sangat menggemari olahraga di gunung. Arkada pun menjadi tempat sakral dkarenakan di sanalah Artemis sering berburu, berlatih, serta bertemu dengan Pan untuk mendapatkan anjingnya. ( Selengkapnya : http://id.wikipedia.org/wiki/Artemis )
Lihatlah siapa sebenarnya artemis! Apakah pantas kita ummat muslim mengikuti tradisi kaum kuffar (paganisme) dengan meniru ritual - ritual mereka!?!?
Pada perkembangan selanjutnya, Artemis dihubungkan dengan Selene, dewi bulan Yunani yang sering digambarkan dengan bulan sabit di kepalanya. Pada akhir masa Hellenistik, dia juga dianggap sebagai dewi kelahiran (diadaptasi dari tugas Eileithyia). Dalam mitologi Romawi dia dikenali sebagai Diana, dan dalam mitologi Etruska dia dikaitkan dengan dewi Artume. Selain itu, dia juga dikaitkan dengan dewi Hekate.
Artemis disembah sebagai dewi kelahiran dan kesuburan (seperti dewi Eileithyia) di beberapa tempat. Dia disembah seperti itu karena dia ikut membantu ibunya dalam melahirkan Apollo. Pada masa klasik di Athena, Artemis dihubungkan dengan Hekate. Artemis juga dikaitkan dengan dewi Karyatis.
Artemis adalah dewi utama bagi orang - orang Hyperborea, Arkadia dan juga wanita - wanita Amazon yang dikenal ganas dan gemar serta handal dalam berperang. Di Arkadia, ia dipuja sebagai Soteira (penyelamat) dan Agrotera (pembur) dan merupakan dewi pemimpin Para Nymph yang merupakan pelayan setianya juga penjaga dari segala hal yang ada di alam liar seperti pohon dan sungai. Di Arkadia terdapat sebuah gunung yang diberi nama Artemisios yang dipuncaknya terdapat sebuah kuil untuk memuja Artemis yang sangat menggemari olahraga di gunung. Arkada pun menjadi tempat sakral dkarenakan di sanalah Artemis sering berburu, berlatih, serta bertemu dengan Pan untuk mendapatkan anjingnya. ( Selengkapnya : http://id.wikipedia.org/wiki/Artemis )
Lihatlah siapa sebenarnya artemis! Apakah pantas kita ummat muslim mengikuti tradisi kaum kuffar (paganisme) dengan meniru ritual - ritual mereka!?!?
Namun ada yang mengatakan tradisi ulang tahun itu dilakukan oleh kaum Panganisme Yunani. Pada
masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun
/ pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan Upacara UlangTahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme(bertuhan Banyak).
Dalam Injil Markus 6:21;
Lihat di Bible, Matthew 14 : 6 dan Mark 6:21;
merayakan ulang tahun adalah paganisme, dan Yesus (Isa SAW) tidak melakukannya,tetapi Herodes.
Sebagai bukti bahwa ulang tahun
adalah tradisi paganisme, Firaun merayakan hari lahirnya sebagaimana
terdapat keterangan di dalam injil Kejadian 40:20:
Dan
terjadilah pada hari ketiga, HARI KELAHIRAN Firaun, maka Firaun
mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Ia meninggikan kepala juru
minuman dan kepala juru roti itu di tengah-tengah para pegawainya. [Injil ; Kejadian 40:20]
Pada masa Herodes acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6;
Tetapi
pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan,
Herodiaz, ditengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes. (Matius14 : 6)
Dalam Injil Markus 6:21;
Akhirnya
tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada HARI
ULANG TAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya,
perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. (Markus 6:21)
Lihat di Bible, Matthew 14 : 6 dan Mark 6:21;
merayakan ulang tahun adalah paganisme, dan Yesus (Isa SAW) tidak melakukannya,tetapi Herodes.
- Matthew 14:6 :"But when Herod's birthday was kept, the daughter of Herodias danced before them, and pleased Herod".
- Mark 6:21 :"And when a convenient day was come, that Herod on his birthday made a supper to his lords, and the high captains, and the chief men of Galilee."
Namun sayang kaum nasrani pengingkari bunyi ayat kitab mereka. Sehingga mereka melakukan perayaan Natalan kelahiran Yesus. Dan Semoga Islam tidak seperti mereka.
(dikutip dari http://at-thaifahmanshurah.blogspot.com/2012/04/hukum-merayakan-mengucapkan-serta-even.html)Hukum Merayakan Ulang Tahun Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga
dan para sahabatnya serta mereka yang mengikuti jejak langkahnya. Amma
ba’d.
Pertanyaan.
Saya
telah mengkaji makalah yang diterbitkan oleh koran Al-Madinah yang
terbit pada hari Senin, tanggal 28/12/1410 H. Isinya menyebutkan bahwa
saudara Jamal Muhammad Al-Qadhi, pernah menyaksikan program Abna’
Al-Islam yang disiarkan oleh televisi Saudi yang menayangkan acara yang
mencakup perayaan hari kelahiran. Saudara Jamal menanyakan, apakah
perayaan hari kelahiran dibolehkan Islam? dst.
Jawaban.
Tidak
diragukan lagi bahwa Allah telah mensyari’atkan dua hari raya bagi kaum
muslimin, yang pada kedua hari tersebut mereka berkumpul untuk
berdzikir dan shalat, yaitu hari raya ledul Fitri dan ledul Adha sebagai
pengganti hari raya-hari raya jahiliyah. Di samping itu Allah pun
mensyari’atkan hari raya-hari raya lainnya yang mengandung berbagai
dzikir dan ibadah, seperti hari Jum’at, hari Arafah dan hari-hari
tasyriq. Namun Allah tidak mensyari’atkan perayaan hari kelahiran, tidak
untuk kelahiran Nabi dan tidak pula untuk yang lainnya. Bahkan
dalil-dalil syar’i dari Al-Kitab dan As-Sunnah menunjukkan bahwa
perayaan-perayaan hari kelahiran merupakan bid’ah dalam agama dan
termasuk tasyabbuh (menyerupai) musuh-musuh Allah dari kalangan Yahudi,
Nashrani dan lainnya. Maka yang wajib atas para pemeluk Islam untuk
meninggalkannya, mewaspadainya, mengingkarinya terhadap yang
melakukannya dan tidak menyebarkan atau menyiarkan apa-apa yang dapat
mendorong pelaksanaannya atau mengesankan pembolehannya baik di radio,
media cetak maupun televisi, berdasarkan sabda Nabi Saw dalam sebuah
hadits shahih.
“Barangsiapa
membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak
terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak.” [1]
Dan sabda beliau Nabi Muhammad SAW,
“Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak.”[2]
Dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya dan dianggap mu’allaq oleh Al-Bukhari namun ia menguatkannya.
Kemudian disebutkan dalam Shahih
Muslim dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwa dalam salah satu khutbah Jum’at beliau mengatakan.
“Amma
ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah,
sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan dan
setiap hal baru adalah sesat.”[3]
Dan masih banyak lagi hadits-hadits
lainnya yang semakna. Disebutkan pula dalam Musnad Ahmad dengan isnad
jayyid dari Ibnu Umar , bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, berarti ia dari golongan mereka.”[4]
Dalam Ash-Shahihain disebutkan,
dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwa beliau bersabda.
“Kalian
pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan, seandainya
mereka masuk ke dalam sarang biawak pun kalian mengikuti mereka.” Kami
bertanya, “Ya Rasulullah, itu kaum Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata,
“Siapa lagi.”[5]
Masih banyak lagi hadits-hadits
lainnya yang semakna dengan ini, semuanya menunjukkan kewajiban untuk
waspada agar tidak menyerupai musuh-musuh Allah dalam perayaan-perayaan
mereka dan lainnya. Makhluk paling mulia dan paling utama, Nabi kita
Muhammad, tidak pernah merayakan hari kelahirannya semasa hidupnya,
tidak pula para sahabat beliau pun, dan tidak juga para tabi’in yang
mengikuti jejak langkah mereka dengan kebaikan pada tiga generasi
pertama yang diutamakan. Seandainya perayaan hari kelahiran Nabi, atau
lainnya, merupakan perbuatan baik, tentulah para sahabat dan tabi’in
sudah lebih dulu melaksanakannya daripada kita, dan sudah barang tentu
Nabi Saw mengajarkan kepada umatnya dan menganjurkan mereka merayakannya
atau beliau sendiri melaksanakannya. Namun ternyata tidak demikian,
maka kita pun tahu, bahwa perayaan hari kelahiran termasuk bid’ah,
termasuk hal baru yang diada-adakan dalam agama yang harus ditinggalkan
dan diwaspadai, sebagai pelaksanaan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagian ahli ilmu menyebutkan, bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan hari kelahiran ini adalah golongan Syi’ah Fathimiyah pada abad keempat,
kemudian diikuti oleh sebagian orang yang berafiliasi kepada As-Sunnah
karena tidak tahu dan karena meniru mereka, atau meniru kaum Yahudi dan
Nashrani, kemudian bid’ah ini menyebar ke masyarakat lainnya. Seharusnya
para ulama kaum muslimin menjelaskan hukum Allah dalam bid’ah-bid’ah
ini, mengingkarinya dan memperingatkan bahayanya, karena keberadaannya
melahirkan kerusakan besar, tersebarnya bid’ah-bid’ah dan tertutupnya
sunnah-sunnah. Di samping itu, terkandung tasyabbuh (penyerupaan) dengan
musuh-musuh Allah dari golongan Yahudi, Nashrani dan golongan-golongan
kafir lainnya yang terbiasa menyelenggarakan perayaan-perayaan semacam
itu. Para ahli dahulu dan kini telah menulis dan menjelaskan hukum Allah
mengenai bid’ah-bid’ah ini. Semoga Allah membalas mereka dengan
kebaikan dan menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mengikuti
mereka dengan kebaikan.
Pada kesempatan yang singkat ini, kami bermaksud mengingatkan kepada para pembaca tentang bid’ah ini
agar mereka benar-benar mengetahui. Dan mengenai masalah ini telah
diterbitkan tulisan yang panjang dan diedarkan melalui media cetak-media
cetak lokal dan lainnya. Tidak diragukan lagi, bahwa wajib atas para
pejabat pemerintahan kita dan kementrian penerangan secara khusus serta
para penguasa di negara-negara Islam, untuk mencegah penyebaran
bid’ah-bid’ah ini dan propagandanya atau penyebaran sesuatu yang
mengesankan pembolehannya. Semua ini sebagai pelaksanaan perintah loyal
terhadap Allah dan para hambaNya, dan sebagai pelaksanaan perintah yang
diwajibkan Allah, yaitu mengingkari kemungkaran serta turut dalam
memperbaiki kondisi kaum muslimin dan membersihkannya dari hal-hal yang
menyelisihi syari’at yang suci. Hanya Allah lah tempat meminta dengan
nama-namaNya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang luhur, semoga Allah
memperbaiki kondisi kaum muslimin dan menunjuki mereka agar berpegang
teguh dengan KitabNya dan Sunnah NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam
serta waspada dari segala sesuatu yang menyelisihi keduanya. Dan semoga
Allah memperbaiki para pemimpin mereka dan menunjuki mereka agar
menerapkan syari’at Allah pada hamba hambaNya serta memerangi segala
sesuatu yang menyelisihinya. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas hal itu.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya
1. Pertanyaan:
Dari sini jelas bahwa hukum merayakan ultah adalah haram.
Mungkin
ada pertanyaan seperti ini, “Bolehkah merayakan ulang tahun dalam arti
berdoa atau mendoakan agar yang berulang tahun selamat, sehat, takwa,
panjang umur, dan seterusnya. Semua itu dilakukan dengan cara dan isi
doa yang syar’i, tanpa upacara tiup lilin dan sebagainya seperti cara
Barat, lalu dilanjutkan acara makan-makan. Bolehkah?”
Jawabannya:
Berdoa dan makan-makan adalah halal. Tetapi bila dilakukan pada hari seseorang berulang tahun, maka akan terkena hukum haram ber-tasyabbuh bil kuffar.
Jadi di sini akan bertemu hukum haram dan halal. Dalam kondisi seperti
ini wajib diutamakan yang haram daripada yang halal sebab kaidah syara’
menyebutkan : “Idza ijtama’a al halaalu wal haraamu, ghalaba al haramu
al halaala.” Artinya, “Jika bertemu halal dan haram (pada satu keadaan)
maka yang haram mengalahkan yang halal.” (Kitab as-Sulam, Abdul Hamid
Hakim).
Dengan demikian, jika
merayakan ultah diartikan sebagai “berdoa dan makan-makan”, dan
dilaksanakan pada hari ultah, hukumnya haram, sesuai kaidah syar’i di
atas. Akan tetapi jika dilaksanakan bukan pada hari ultah, maka hukumnya
–wallahu a’lam bi ash shawab– menurut pemahaman kami adalah mubah
secara syar’i. Sebab hal itu tidak termasuk tasyabbuh bil kuffar karena
yang dilakukan pada faktanya adalah “berdoa plus makan-makan”, yang mana
keduanya adalah boleh secara syar’i. Lagi pula hal itu dilakukan tidak
pada hari ultah sehingga di sini tidak terjadi pertemuan halal dan haram
sebagaimana kalau acara tersebut dilaksanakan pada hari ultah. Wallahu
a’lam.
2. Pertanyaan:
Bagaimana hukum yang berkaitan dengan perayaan hari ulang tahun perkawinan dan hari lahir anak-anak ?
Jawabannya:
Tidak pernah ada (dalam
syar’iat tentang) perayaan dalam Islam kecuali hari Jum’at yang
merupakan Ied (hari Raya) setiap pekan, dan hari pertama bulan Syawaal
yang disebut hari Ied al-Fitr dan hari kesepuluh Dzulhijjah atau disebut
Ied Al-Adhaa – atau sering disebut hari ‘ Ied Arafah – untuk orang yang
berhaji di ‘Arafah dan hari Tasyriq (tanggal ke 11, 12, 13 bulan
Dzul-Hijjah) yang merupakan hari ‘Ied yang menyertai hari Iedhul ‘Adhaa.
Perihal hari lahir orang-orang atau
anak-anak atau hari ultah perkawinan dan semacamnya, semua ini tidak
disyariatkan dalam (Islam) dan merupakan bid’ah yang sesat. (Syaikh
Muhammad Salih Al ‘ Utsaimin)
Serem juga ya mengetahuin nya :-0 kue natal juga termasuk gak pak?
BalasHapustHANKS Infonya, sangat menarik sekali https://bit.ly/2OulKCm
BalasHapus