Laman

Jumat

Percakapan Seorang Pemuda Dengan Seorang Pemulung di Kota Jogja.. Bikin Nangis Kisahnya.. (NYATA)


Kapan hari, waktu malem-malem pemuda janjian sama temen yang mau pinjem duit. Mereka janjian ketemuan sekitar jam 9 malem di bunderan UGM. Setelah ambil duit di ATM, Pemuda langsung menuju ke bunderan, ternyata temannya itu belum juga nongol-nongol. Akhirnya ane bengong dan celingukan disitu.

Di bunderan UGM, banyak orang pacaran, poto-poto, ada juga yang lagi makan di angkringan deket sana. Nah, diantara semua itu,pemuda melihat bapak tua pakai baju lusuh yang lagi duduk-duduk bareng sama anaknya (gendut banget). Bapak itu lagi ngejahit bajunya, padahal baju yang dijahit itu sudah tidak layak dipakai. Ya sudah, karena temen pemuda tersebut tidak juga nongol-nongol, dia berencana mau ngobrol sama bapak dan anak tadi. Karena cuaca lagi dingin banget, dia beli aja kacang rebus sama kedelai buat bapaknya, pikir dia mereka pasti lapar, lumayanlah buat camilan.

(Disinilah cerita itu dimulai)
Percakapan.

Pemuda: "Rumahanya mana pak?..."  Sambil duduk sejajar persis di sampingnya Bapak Tua.

Bapak Tua : Sambil diam...agak lama.. lalu menjawab "Gak punya rumah mas!.."

Pemuda : "Walaah, Lah terus tidurnya bapak dimana?........"

Bapak Tua : "Ya dimana-mana, kadang di emperan toko, bunderan sini, macam-macam lah mas."

Pemuda : Disodorkannya kacang sama kedelainya kepada Bapak Tua tersebut sambil berkata " Ini Pak, ada kacang & kedelai buat camilan, dingin-dingin gini kan enak."

Bapak Tua : "Waduh, kok repot-repot mas. Terima kasih ya."

Pemuda : "Iya Pak, sama-sama. Maaf Pak, hanya sedikit!..."

Bapak Tua : "Waaah, ini sudah banyak banget mas." Menerima sambil tersenyum.

Pemuda : Sambil melihat anak dari Bapak Tua itu, Anak itu keliatan autis dengan dunianya sendiri.. sama sekali tidak merespon atau melihat kehadiran Pemuda. Disamping anak itu Pemuda melihat ada karung lalu bertanya "Pekerjaannya Bapak apa?..."

Bapak Tua : "Haaaa... kerjaan saya hanya mulung mas.. Alhamdulillah bisa buat makan sama anak saya."

Pemuda : "Woalaah, saya kira Bapak itu minta pak (*maksudnya ngemis..)."

Bapak Tua : "Hehehee...." Bapak Tua itu hanya ketawa..

Pemuda : "Bapak biasanya sehari dapet uang penghasilan berapa pak?"

Bapak Tua : "Tidak pasti mas, kalau waktu banyak rejeki ya Alhamdulillah bisa makan prasmanan, kalo pas sedikit ya hanya secukupnya aja."

Pemuda : "Woooh, ya yang penting bisa buat jalan Pak.. kok tidak menyewa kos saja? Saya pernah dengar kalo di daerah UII itu ada kos-kosan murah banget Pak, hanya 75rb apa 100rb ya. Saya agak lupa."

Bapak Tua : "Hehehee.. buat makan aja susah mas, kok dibuat kos!..."

Pemuda : "Lah dari pada tidur di jalan seperti itu Pak."

Bapak Tua : "Tidak apa-apa mas, sudah biasa."

Pemuda : "Memangnya tidak pernah diangkut satpol PP Pak?"

Bapak Tua : "Ya, sering mas."

Pemuda : "Wwaaalaahhhhh....sering? Terus kalo begitu dibawa kemana Pak?"

Bapak Tua : "Gak pasti mas, kadang dikasih makan, terus diberi pengarahan. Tapi yang paling sering ya ditaruh Lokasi Piyungan (tempat pembuangan sampah)."

Pemuda : "Wwaaalaahhhhh, lokasi Piyungan deket daerah Wonosari sana?"

Bapak Tua : "Iya mas."

Pemuda : "Lah terus kalo ditaruh sana itu dimana Pak?..."

Bapak Tua : "Ya diturunin saja rame-rame sama pengemis dan pemulung lain, terus ditinggal."

Pemuda : "Ditinggal?... Loh kok bisa kesini lagi Pak?...."

Bapak Tua : "Ya jalan kaki mas, kan cari makan yang penghasilannya lumayan disini., banyak kaleng bekas."

Pemuda : Dalam hati miris banget karena melihat kenyataan pemerintah sampai sebegitunya menghadapi para pemulung seperti mereka ini. Seenaknya saja maen buang, lalu Pemuda betanya "Anaknya umur berapa Pak?..."

Bapak Tua : "Woohhh.... itu udah tua kok mas. Dia keterbelakangan mental."

Pemuda : "Astaghfirullah.. jadi ga bisa bantu-bantu Bapak mulung?" dengan expresi kaget.

Bapak Tua : "Ya nggak bisa, dia cuma ikut saja."

Pemuda : "Eeeaalaaahhh. kok ga cari pekerjaan lain Pak?"

Bapak Tua : "Hahahahhaaa... Tidak kuat mas. Mulung saja saya."

Pemuda : "Tidak kuat kenapa?...... Bapak kan masih keliatan agak seger."

Bapak Tua : "Tidak kuat mas."

Pemuda : "Tidak kuat kenapa Pak?" tanya Pemuda sekali lagi

Bapak Tua : Bapak itu hanya diem saja.

Pemuda : "Tidak mencoba mengemis saja Pak, kan penghasilannya lumayan!?..." Tanya Pemuda lagi karena masih penasaran dengan jawaban Bapak Tua yang tadi.

Bapak Tua : "Engga mas".

Pemuda : "Lah kenapa Pak?.."

Bapak Tua : "Saya masih kuat mulung." sambil ngejahit bajunya anakya lagi.


Pemuda : Subhanallah.. Pemuda ini pun berfikir bahwa Bapak ini meski hidupnya bisa dibilang sangat susah, tetapi Bapak Tua tetap menolak untuk mengemis, lalu Pemuda berkata "Kan hasilnya banyak Pak, saya pernah melihat orang yang ngemis itu sehari bisa dapet kurang lebih 50 ribu loh Pak, malah ada yang sampe 200an ribu."

Bapak Tua : "Saya tidak suka minta orang mas. Saya masih kuat kerja, meskipun cuma jadi pemulung."

Pemuda : Pemuda cuma diam, merasa salut sama bapak ini, Bapak Tua ini tidak seperti orang-orang yang menjadi pengemis-pengemis yang bermodalkan tampang memelas untuk mencari uang, bapak ini lebih memilih kerja keras dengan cara memulung. Lalu Pemuda pun bertanya "Mmmh.. kenapa tidak kerja yang lain saja kalo gitu Pak? Cari hasil yang lebih banyak."

Bapak Tua : "Kaki saya yang tidak kuat mas. Ini sebenarnya saya pincang. Dulu pernah kerja jadi kernet truk, terus jatuh, kaki saya patah. Dioperasi, terus dikasih platina. makanya saya mulung aja."

Pemuda : "Masya Allah.. kok Bapak tidak istirahat aja."

Bapak Tua : "Lah kalo saya istirahat, siapa yang memberi makan anak saya?..."

Pemuda : Pemuda pun terdiam.

Bapak Tua : "Ini harusnya platina-nya juga waktunya dicabut dari beberapa tahun yang lalu. Tapi saya tidak punya uang, ya sudah akhirnya nempel terus. Kaki saya makin hari makin sakit. Ya sudah saya tetap mulung saja. Dari pada nanti dimarahi bosnya terus karena saya lelet."

Pemuda : "Lah terus ibunya kemana pak?" Pemuda pun mulai merasa iba.

Bapak Tua : "Ibunya pergi mas."

Pemuda : "Pergi!... gimana pak maksudnya?..."

Bapak Tua : "Ya pergi mas, saya sama ibunya cerai. Dia bawa anak saya satunya."

Pemuda : "Anak satunya tapi normal?..."

Bapak Tua : "Iya, dia yang normal, yang ini keterbelakangan mental."

Pemuda : "yang sabar ya Pak!..." Pemuda sambil termenung sejenak memikirkan kehidupan Bapak Tua dengan terharu hampir nangis, dalam hati Pemuda pun berguman, menerka-nerka dan sedih "Mungkin pasti gara gara bapaknya ini sakit dan ga kuat kerja lagi, terus istrinya minta cerai, terus pergi membawa anaknya yang normal, sedangkan nasib bapak ini begini begini saja."

Bapak Tua : "Iya mas, ya beginilah hidup, kadang bahagia, kadang tidak."

Pemuda : "Kadang muter dimana aja pak?..." Pemuda sambil berharap suatu saat nanti akan bakal ketemu lagi, terus pemuda berencana akan membantu Pak Tua sebisanya suatu hari nanti.

Bapak Tua : "Di seluruh Jogja mas. Malioboro, UGM, muter-muter terus lah. Saya juga pernah ke Semarang."

Pemuda : "Wah, naik apa Pak ke Kota Semarang?..."

Bapak Tua : "Ya jalan kaki!....... Mau naik apa lagi mas. Wong uang saya saja gak punya."

Pemuda : "Jalan kaki sampe Kota Semarang? Kota Jogja - Kota Semarang?!?!...." Sambil expresi kaget mendengar pengakuan Bapak Tua.

Bapak Tua : "Iya mas. Sambil mulung dijalan."

Pemuda : "Ke Kota Semarang! Ngapain Pak?..."

Bapak Tua : "Ya ada keperluan."

Pemuda pun membayangkan Bapak Tua itu ke Kota Semarang sambil jalan kaki dengan keadaan kakinya yang dibilang pincang gara-gara platinanya belum dicabut dan Bapak Tua itupun tidak pernah mengeluh.

Habis itu teman Pemuda muncul, akhirnya Pemuda pamitan pergi sama Bapak Tua.

Pemuda : "Pak, saya pamit dulu ya. Itu temen saya sudah datang. Saya ada keperluan bentar." Sambil salaman, pemuda menyelipkan uang 20 ribu kepada Bapak Tua tersebut.

Bapak Tua : "Makasih banyak ya mas. Jadi merepotkan."

Pemuda : "Nggak apa-apa pak, saya juga jadi belajar banyak. Saya pamit ya pak. Salam buat anaknya."

Bapak Tua : "Iya mas. Terima kasih sekali lagi. Semoga tuhan yang balas."

Pemuda : "Terima kasih ya pak." Pemuda pun pergi sambil nangis.

Semoga cerita dari Monster Bego ini bermanfaat & menginspirasi kita agar kita menjadi manusia yang lebih baik dan lebih mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Buatlah hidup kita lebih berharga dan berguna dengan mencintai saudara-saudara kita yang miskin dan tidak mampu. Ingatlah bahwa sejatinya kita sama dihadapan Tuhan. Mungkin saat ini kita kaya di dunia, namun belum tentu kita kaya di akhirat, maka bantulah mereka jika anda memiliki harta yang lebih, karena hidup akan menjadi lebih indah dengan saling berbagi dan tolong-menolong.

 dikutip dari cerita di kaskus UserID: 4007207

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan coment bermanfaat dari artikel diatas, budayakan membaca sebelum bertanya. Terima kasih!